Strategi Menjadi Sales yang Lebih Customer-Oriented

Sales Hebat Bukan yang Banyak Bicara, Tapi yang Paham Customer

Banyak orang berpikir bahwa kunci sukses dalam dunia sales adalah pandai berbicara.
Padahal, realitanya tidak sesederhana itu.

Menjual bukan soal siapa yang paling cerewet, tapi siapa yang paling memahami manusia di balik calon pembeli.

Coba lihat dua tipe sales berikut:

  • Sales yang fokus ke produk: hafal fitur dari A sampai Z, tapi jarang closing.

  • Sales yang fokus ke customer: bisa menyesuaikan komunikasi, tahu kapan bicara dan kapan mendengar. dan justru sering closing tanpa terasa “menjual”.

Pertanyaannya: apa yang membedakan keduanya?
Jawabannya ada di satu kata: pemahaman.

Strategi Menjadi Sales Yang Lebih Customer Oriented

Mengapa Memahami Customer Itu Penting

Menurut riset Harvard Business Review, pelanggan cenderung membeli dari brand yang mereka rasa “memahami diri mereka”.
Artinya, bukan sekadar soal produk bagus, tapi bagaimana cara sales berinteraksi yang membuat customer merasa didengar, dipahami, dan dihargai.

Memahami customer bukan hanya meningkatkan penjualan, tapi juga menciptakan hubungan jangka panjang dan loyalitas.
Dan dalam konteks bisnis modern di mana kompetitor mudah ditemukan dan harga gampang dibandingkan  customer experience menjadi pembeda utama.

1. Sales yang Paham Customer: Membangun Komunikasi Personal

Sales hebat tidak berbicara ke semua orang dengan cara yang sama.
Mereka tahu bahwa setiap calon pembeli punya latar belakang, kebutuhan, dan gaya komunikasi yang berbeda.

a. Personalization = Rasa Dipahami

Ketika seorang calon customer merasa bahwa sales memahami situasinya, mereka akan lebih terbuka.
Contoh sederhana:

“Saya tahu Bapak ingin mencari merchandise kantor yang bisa terlihat profesional tapi tetap hemat budget. Izinkan saya tunjukkan opsi yang sesuai kebutuhan itu.”

Kalimat seperti ini bukan hanya promosi, tapi validasi kebutuhan customer.
Otak manusia merespons positif terhadap perasaan dipahami; efeknya, trust meningkat drastis.

b. Cara Melakukan Personalisasi

  1. Dengar lebih banyak daripada bicara.
    Gunakan pertanyaan terbuka seperti:

    • “Apa tantangan terbesar yang Bapak/Ibu hadapi saat ini?”

    • “Biasanya souvenir perusahaan digunakan untuk acara seperti apa?”

  2. Catat preferensi setiap klien.
    Sales yang punya catatan personal seperti warna favorit, tanggal penting, atau gaya komunikasi klien, akan selalu unggul.

  3. Gunakan bahasa yang sesuai karakter klien.
    Untuk klien korporat, gunakan gaya formal. Untuk UMKM, boleh lebih hangat dan kasual.

2. Memahami Customer = Menghindari Objection Lebih Cepat

Salah satu tantangan terbesar sales adalah objection:

“Harganya kemahalan.”
“Saya pikir dulu ya.”
“Nanti aja kalau sudah ada budget.”

Tapi menariknya, sales yang benar-benar paham customer jarang mendengar kalimat seperti itu.
Kenapa? Karena mereka sudah mengantisipasi keberatan sebelum muncul.

a. Objection Sering Muncul Karena Salah Fokus

Sales yang hanya fokus ke produk biasanya langsung bicara soal:

  • bahan,

  • ukuran,

  • keunggulan teknis,

  • atau fitur tambahan.

Padahal, belum tentu itu yang customer butuhkan.

Kalau customer sebenarnya mencari “solusi cepat untuk acara perusahaan minggu depan”, penjelasan panjang soal bahan tas bukan solusi. itu justru menambah jarak.

b. Strategi Menghindari Objection

  1. Temukan pain point utama.
    Tanyakan dengan lembut, “Biasanya apa yang bikin Bapak/Ibu kurang puas waktu pesan merchandise sebelumnya?”
    Dari situ, kita bisa tahu masalah sebenarnya mungkin bukan harga, tapi kecepatan produksi atau hasil cetak logo.

  2. Ubah presentasi jadi konsultasi.
    Bukan menjual produk, tapi menawarkan solusi.
    “Kalau acaranya minggu depan, saya sarankan bahan spunbond karena lebih cepat diproduksi. Jadi tetap rapi, tapi on time.”

  3. Gunakan bahasa empati, bukan defensif.
    Ketika pelanggan bilang mahal, jangan buru-buru bantah. Coba pahami:
    “Saya mengerti, Bu. Memang harga jadi pertimbangan penting. Tapi boleh saya tunjukkan bagaimana produk ini bisa bantu citra perusahaan Ibu di acara nanti?”

Sales yang bicara dengan empati jarang kehilangan prospek, karena mereka fokus ke kebutuhan, bukan pembelaan.

3. Sales yang Paham Customer: Meningkatkan Conversion dan Repeat Order

Memahami customer bukan hanya membantu closing pertama, tapi juga menciptakan efek jangka panjang.

a. Conversion Naik Karena Experience Tepat Sasaran

Dalam digital marketing, ada istilah “micro moment” yaitu momen kecil ketika calon pembeli mengambil keputusan.
Sales yang paham customer tahu kapan waktu terbaik untuk follow-up, kapan harus memberi penawaran, dan kapan sebaiknya diam dulu.

Misalnya:

  • Setelah meeting, kirim pesan follow-up berisi recap kebutuhan mereka, bukan sekadar “Jadi pesan gak, Pak?”.

  • Kirim contoh desain yang sesuai selera klien, bukan template random.

Hal-hal kecil ini membuat customer merasa “ini sales beda”.

b. Repeat Order Muncul Karena Relationship

Customer tidak suka membeli dari “penjual”.
Mereka suka membeli dari teman yang bisa dipercaya.

Sales yang paham customer akan tetap berhubungan bahkan setelah transaksi selesai:

  • Mengirim ucapan terima kasih,

  • Follow-up ringan setelah event,

  • Mengingat ulang tahun perusahaan atau momen penting.

Dari sini, repeat order tidak perlu dikejar. dia akan datang dengan sendirinya.

4. Sales yang Cuma Fokus ke Produk: Banyak Bicara, Sedikit Closing

Di sisi lain, ada sales yang:

  • Sibuk menjelaskan fitur, tapi lupa mendengarkan.

  • Ngomong tanpa arah, tidak menyesuaikan dengan kebutuhan lawan bicara.

  • Ngabisin waktu presentasi, tapi akhirnya calon klien bilang “nanti saya pikirkan dulu.”

Masalah utamanya bukan pada produknya, tapi pada cara berpikirnya.

a. Sales yang Fokus ke Produk = Monolog, Bukan Dialog

Komunikasi sales seharusnya dua arah.
Kalau sales hanya menjelaskan tanpa mendengar, calon pembeli tidak merasa terlibat.
Dan ketika orang tidak merasa dilibatkan, mereka tidak merasa memiliki.

b. Akibatnya: Waktu Habis, Closing Minim

Setiap menit bicara yang tidak relevan = peluang yang hilang.
Apalagi di era sekarang, waktu customer sangat berharga.
Kalau pesan tidak tepat sasaran dalam 2 menit pertama, kemungkinan closing turun drastis.

5. Strategi Menjadi Sales yang Lebih Customer-Oriented

Berikut langkah-langkah praktis untuk melatih diri menjadi sales yang lebih memahami customer:

  1. Bangun empati sebelum skrip.
    Sebelum bicara fitur produk, pahami dulu kondisi calon pembeli.

  2. Gunakan data dan catatan interaksi.
    Simpan setiap detail kecil dari percakapan sebelumnya untuk personalisasi berikutnya.

  3. Latih kemampuan mendengar aktif.
    Fokus ke makna, bukan sekadar kata. Kadang yang customer tidak katakan justru lebih penting.

  4. Gunakan storytelling yang relevan.
    Ceritakan contoh kasus nyata yang mirip dengan situasi customer. Ini membangun kepercayaan.

  5. Evaluasi setiap interaksi.
    Setelah meeting, catat apa yang berhasil dan tidak. Semakin reflektif, semakin cepat berkembang.

Kesimpulan: Sales Hebat Adalah Pendengar yang Cerdas

Di dunia yang serba cepat ini, pelanggan tidak butuh sales yang paling pintar bicara.
Mereka butuh sales yang paling tulus memahami.

Sales yang paham customer:
✅ Mampu membangun komunikasi yang personal.
✅ Lebih cepat menghindari objection.
✅ Naikkan conversion rate dan repeat order.

Sementara sales yang hanya fokus ke produk:
❌ Banyak bicara, tapi tidak relevan.
❌ Ngabisin waktu tanpa hasil nyata.

Jadi, sebelum bicara tentang fitur produk, berhentilah sejenak dan tanya pada diri sendiri:

“Apakah saya sudah benar-benar memahami siapa yang saya ajak bicara?”

Karena pada akhirnya, orang tidak membeli produk, mereka membeli perasaan dipahami.

CV. SHAFFNA HANYA MELAYANI GROSIR

Untuk Satuan bisa cek di Darikecil.com